GENERASI HIJRAH
Secara bahasa, Hijrah adalah berpindah dari satu tempat ke tempat
lain. sebagaimana dulu Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah atas
perintah Allah Untuk menyebarkan Agama Islam. karena pada waktu itu Mekkah
masih dalam keadaan yang tidak stabil untuk meyebarkan Agama Islam. Sebuah peristiwa
yang sangat besar bagi umat Muslim. Yang mana Hijrahnya Nabi inipun awal mula
dimulainya Tahun Islam, yaitu Hijriah.
Fenomena Hijrah di era milenial ini tentu bukan hal yang baru. Memang,
tidak tahu pasti kapan dan siapa pencetus hijrah yang kini menjadi tren
khususnya anak-anak muda yang ingin memperdalam ilmu agama. Kampanye hijrah
sangat masif terutama di media sosial. ajakan untuk berhijrah bagi
pemudi-pemuda. khususnya bagi mereka yang berada di perkotaan. Lihat saja di
akun-akun media sosial seperti Instagram, facebook dan Twitter. sangat masif
sekali kampanye tentang hijrah ini.
Sasaran dari kampamye ini tentu untuk semua kalangan, tetapi khusus
untuk mereka kaum muda. Hijrah ini ajakan untuk lebih meningkatkan ketaqwaan
serta ketaatan kepada Tuhan. Banyak contoh dari publik figur yang mulai
mengikuti tren ini. seperti Tenku Wisnu, atau personil band Sheila On 7 yang
ingin ikut berhijrah dan memperbaiki diri dalam beribadah dan bertaqwa.
Sebelum kita benar-benar ingin berhijrah. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Bukan hanya niat, tapi istiqomah lah yang harus
diperhatikan. Tentu saja hijrah yang dikampanyekan dimedia sosial oleh kelompok
tertentu cukup bagus, karena mengajak kita untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
tuhan. Tapi, konsep yang dibangun dan tertananam, hijrah bukan hanya soal hati,
tapi juga cara bepakaian. Ya, sering kita lihat perubahan drastis perempuan
yang berhijrah misalnya. Pakaiannya pun sangat tertutup, Hanya memperlihatkan mata saja.
Atau untuk kaum laki-lainya, memanjangkan jenggot, Menghitamkan jidat serta mengenakan
jubah atau celana-celana cingkrang.
Sehingga, perlu diperhatikan bahwa hal-hal diatas bukanlah tujuan
dari hijrah. Pakaian bukan tujuan hijrah yang sebenarnya. Itu hanya
perbedaan ulama tentang batas aurat saja. Bukan berarti hijrah itu harus ke Arab-araban. Dalam berbicara berbakaian mengikuti orang-orang arab. Memang betul
bahwa Islam diturunkan di Arab, karena pada waktu itu bangsa Arab benar-benar Jahiliah. Sehingga perlu revolusi akhlak, oleh karna itu Nabi Muhammad
diturunkan dan diutus di Arab. Atau mungkin jangan-jangan jika dulu Nabi
diturunkan di Amerika, konsep berhijrah yang sedang tren itu akan berbeda,
yaitu memakai kuda dan topi koboi baru bisa disebut hijrah.
Kita telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi orang Indonesia,
dianungrahi dengan berbagai macam budaya serta keragamaan suku dan bahasa. Apakah
kita berhijrah harus meninggalkan segala rahmat dan nikmat Allah yang telah
diberikan kepada kita sebagai orang Indonesia ?ataukah karna kita berpenampilan
seperti orang-orang Timur tengah bisa disebut lebih islami ? tentu hal ini kurang tepat, karna
hakikatnya perubahan batiniah lebih penting. adapun fashion, Itu selera. Yang terpenting
menutupi aurat serta sopan secara norma, budaya dan agama. Apakah Sunan Kali Jaga
dengan pakaiaan adat jawa dan blangkonnya kurang Islami ? mengunakan metode
budaya perwayangan untuk menyebarkan Agama Islam di Nusantara. atau HOS Tjoktjroaminoto
soerang Pejuang kemerdekaan dan Pimpinan Sarekat Islam dengan sarung dan belankonnya
kurang terlihat sopan dan tidak terlihat seperti seorang pejuang ?. Berangkat dari
situlah kita memahami bahwa tidak boleh sembarangan mengkafirkan seseorang,
karena dulu wali songo dengan susah payah untuk mengajak dan men Islamkan
Nusantara ini.
Pengajian-pengajian yang dikemas dengan bentuk kajian Bisa kita
temui dimana-mana. masjid, Mushola, Mall atau kantor tempat kita bekerja. Karna
zaman sekarang sudah serba canggih, dengan mudah jika kita tidak sempat datang
ke kajian itu, bisa di akses di Youtube. Tinggal kita pilih mau mendengarkan
ceramah Ustad siapa. Inilah salah satu yang dialukan oleh sebagian dari mereka
yang ingin berhijrah.
Mencari ilmu tidak cukup
hanya dengan mendengarkan ceramah-ceramah di Youtube, caption-caption Seorang Ustad
di Instagram, mengikuti kajian-kajian keIslaman yang diselenggarakan, atau dari
Artikel di Google. Akan sangat berbeda hasilnya dengan mereka yang mencari Ilmu
beserta ada gurunya. Nasab ke Ilmuannya jelas, apa yang membedakan ?. ya,
ketawaduan, kesopanan, serta menghargai orang lain dan pendapat orang lain
adalah mereka yang menuntut Ilmu yang belajar kepada gurunya. Karena berilmu
saja tidak cukup, harus berakhlak. Kalau hanya berilmu, Iblis pun sangat Tinggi
Ilmunya.
Ilmu Taharah dan tatacaranya, adab terhadap guru, orang tua, guru
dan orang lain. adab terhadap ilmu, serta Ilmu-ilmu yang sifatnya dasar. Selalu
menjadi ajaran pertama bagi para murid yang mencari ilmu agama. Hal ini biasa
diajakaran di lingkungan Pesantren, yang menjadi lembaga pendidikan non formal
di Nusantara. Dengan sistem pendidikan yang mengutamakan bukan hanya ilmu, tapi
karakter dan Sosial. Bukan berarti yang ingin ber hijrah harus kembali lagi
dari awal dan masuk pesantren tetapi nilai yang paling penting adalah tidak
mudah menelan mentah-mentah informasi yang diberikan serta hal-hal yang
sifatnya dasarlah yang lebih baik untuk dilksanakan. Seperti misal bersuci,
tatacaranya, dan hal-hal lainnya. karena jika dari bersuci saja kita tidak
sempurna, maka amalan yang lain pun bisa jadi percuma, bisa jadi tidak sah. Jadi, jangan
langsung kepada hal-hal yang lebih besar. Seperti hukum memakan buaya, atau hukum
meyekolahkan anak perempuan, atau hukum-hukum fiqh yang lain yang banyak
perbedaan pendapat. Oleh karena itu, carilah guru yang bisa membimbing kepada
jalan yang benar serta tidak mudah mengatakan ini halal dan itu haram.
Sehingga, pada akhirnya perlu diapresiasi bagi orang-orang yang
mempunyai niat baik untuk memperbaiki dirinya dengan cara meningkatkan
ketaqwaan serta keimanan kepada Allah. Tapi, tak perlu juga kiranya kita
terjebak dalam tren Hijrah yang sedang berkembang hari ini. terlalu kaku, sehingga hanya berlaku bagi golongan
menengah. Perbaikan terhadap diri harus dilakukan kapanpun dan oleh siapapun. Karna
manusia tempatnya salah dan Khilaf, oleh karena itu ajakan kepada kebaikan
lebih bermanfaat daripada menutup diri dari dunia dan menebar kebencian karna
hanya masalah yang sifatnya Furu’iyah.
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menjelaskan suatu konsep yang perlu kita Implementasi untuk memperbaiki diri. yaitu Takhalli, Tahalli, Tajalli.
Takhalli yang artinya mengosongkan diri dari sifat-sifat jelek, baik lahiriyah maupun batiniyah. Tahalli adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik. jika kedua hal diatas sudah dilakukan dengan baik, maka akn tercipta Tajalli, artinya Allah akan menambahkan (menempatkan) kebesaran-Nya dalam hati seseorang.
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menjelaskan suatu konsep yang perlu kita Implementasi untuk memperbaiki diri. yaitu Takhalli, Tahalli, Tajalli.
Takhalli yang artinya mengosongkan diri dari sifat-sifat jelek, baik lahiriyah maupun batiniyah. Tahalli adalah menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik. jika kedua hal diatas sudah dilakukan dengan baik, maka akn tercipta Tajalli, artinya Allah akan menambahkan (menempatkan) kebesaran-Nya dalam hati seseorang.
Komentar
Posting Komentar