Postingan

Je.

Gambar
Je. Aku tak pernah berfikir akan bertemu orang sepertimu, Je. Saat aku tengah sibuk mencari jalan hidup, saat itu benar-benar tidak ingin mencium aroma hati yang terbakar asmara.  Api yang menggebu-gebu pada jiwa yang berusaha bangkit dengan tertatih dari masa lalu.  Je, cinta adalah hal yang paling rumit dalam cacatan nasib hidup manusia dari Tuhan. Ladang tandus pada hati yang sudah terbarakar penyesalan, telah kau paksa kembali untuk subur.  Kau sirami lembah di ladang bunga supaya mekar lagi. Aku tak bernah berharap bertemu dengan seseorang yang perlahan membuatku kembali tumbuh. Je. Dikau lain. Sesungguhnya,  Asmara yang telah dikubur dalam-dalam akan tetap kembali, sebelum asmara lain datang. Manusia datang dan pergi, sudah menjadi hukum alam. Je, kau datang. Mungkin, ruang penuh raung sudah kembali, dalam dada. Je.  Aku masih belum berani mengembangkan perasaanku menjadi sekuntum kasih berbalut asmara. Je, kau datang, lalu pergi. Te

Selamat Datang, Juni Yang Basah.

Gambar
Selamat datang, Juni yang basah. Rasanya belum lama kita saling mengenal. Waktu itu, kita hanya sebatas tatapan kosong. Lalu, pelan-pelan untuk saling mengisi ruang. Kemudian perlahan saling melupakan. Kita menjalani kehidupan masing-masing. Selamat datang, Juni. Kamu sekarang sendiri Jun, walau kata pak Sapardi tak ada yang lebih tabah dari pada hujan di bulan Juni. Tapi hujan di bulan lain ternyata kamu harus selalu tabah Jun. Jangan sampai tenggalam oleh hujan, apalagi ia mengalir deras di pipimu. Juni, walau amigdala bilang ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, yaitu perempuan yang disetubuhi rindu, dan rela tidak di bayar. Itu gak berlaku buat kamu. Kamu akan tetap basah, Jun, dan kamu belum tentu selalu tabah. Malam senin, 31 Maret 2020. Sebuah lagu Tears in heaven dari Eric Clapton dan sebatang rokok menemaniku merayakan hari anti-tembakau. Menunggu kamu datang,Juni. Biasanya, seseorang selalu menemaniku menyambut mu, Juni. Lalu aku terhipnonis oleh puisi pak

Il Principe, Buku Pedoman Para Diktator

Gambar
Il Principe atau dalam bahasa Inggis The Prince ( sang pangeran ) adalah salah satu mahakarya dari Niccolo Machiavelli, seorang ahli teori politik, diplomat, politikus, dan filsuf.  Il principe penuh dengan kontoversi karena Machiavelli dianggap melegalkan segala untuk menggapai kekuasaan. Tipu muslihat, kelicikan, dusta, serta kekejaman adalah lumrah. Sebagai contoh, ia menulis bahwa membunuh sahabat seperjuangan, mengkhiananti teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan, dan tidak memiliki agama. Semua hal itu tidak dapat digolongkan sebagai tindakan yang bermoral, namun dapat memberikan kekuasaan. Manusia tidak segan-segan (lebih) membela orang yang ditakuti dibanding yang mereka cinta. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban. Pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal ( Niccolo Machiavelli). Machiavelli membagi kekuasaan dalam dua bentuk. Republik dan keraaj

Saya Belum Ingin Hijrah

Gambar
. . . HIJRAH . Tren 'hijrah' selalu menjadi pembahasan yang ramai di perbincangkan, apalagi era media sosial seperti sekarang. . Ajakan lewat kajian, kumpulan, teman yang sudah berhijrah, atau akun media sosial tentu saja mengajak kebaikan kepada masyarakat khususnya muda-mudi. Ini adalah bentuk kepedulian terhadap sesama manusia supaya berjamaah menjadi baik. . Saya pernah di ajak untuk berhijrah oleh teman semasa kuliah. Saya menolak, bukan tidak mau berubah jadi baik, waktu itu saya masih berfikir tentang makna hijrah itu sendiri. Linglung gan. . Jika melihat dari sisi historis. Saat Nabi dan para sahabat hijrah dari Mekkah ke Madinah. Tentu kebaikan dan akhlak mereka tak sudah di ragukan, mereka sudah punya akhlak yang sempurna. . Yeah, Hijrah Nabi adalah secara Geografis. Karena mekkah belum begitu kondusif untuk penyebaran islam.. .  Lalu pindah ke Madinah. Menyatukan kaum Muhajjirin dan Anshar untuk membangun peradaban islam. Sektor Ekonomi adalah langka

Anak Kecil Yang Tak Berhenti Menangis

Gambar
Anak kecil yang tak berhenti menangis Duduk sendiri di antara batu nisan, di tengah-tengah kuburan. Seorang anak tak Kecil tak berhenti menangis. Air matanya sesekali membasahi tanah yang bertumpuk bertabur bunga melati, aroma nya masIh segar. Kadang air matanya menetes di atas batu nisan yang terbuat dari kayu jati. Belum lama, kuburan itu baru 40 hari. Pada suatu sore, langit kuning kemerah-merahan itu sedang di serbu gelap awan. Tiba-tiba mendung. Pantulan cahayanya semakin redup, tapi anak itu tidak peduli. Ia tidak memuja senja, seperti kebanyakan orang. Sebelum hujan menguyur bumi, anak itu sudah tenggelam dengan air matanya sendiri. Ia tak berhenti menangis, di hadapan nisan bapak nya. Besok sudah lebaran, orang-orang sibuk pergi keluar rumah, sore itu. Ada yang ke pasar, ada yang membuat Ketupat dan opor ayam, ada yang sibuk membuat Broadcast permintaan maaf untuk di sebar. Bahkan, tukan cukur sedari siang antreannya sudah mengular. Barangkali jika tangan b

Kemanusiaan Tidak akan Mati, dik.

Gambar
Antrean di kasir alfa sore itu cukup panjang, sudah 15 menit aku di urutan ketiga. Belum maju-maju. Seorang anak kecil ku lihat sedang memilah dan memilih belanjaannya. Ia berada paling depan, sedang berhadapan dengan kasir. Orang di belakang ku sudah menggerutu. "lama sekali!!". Gemuruh terdengar di antrean belakang, mereka sudah tidak sabar ingin menghamburkan uangnya. Sedang anak kecil itu masih mengikis sedikit demi sedikit belanjaannya, supaya sesuai budgat. "apakah aku tidak bisa membeli semua barang ini, pak" " tidak nak, uangmu kurang" " tapi ini ibu masak lebaran besok pak, " "maap nak, kamu harus memilih beberapa saja, uang mu cuman 20 ribu" Anak itu memelas, raut wajah sudah tak gembira. Ia pasrah. sebotol sirup dan kue kering kecil berhasil ia selamatkan, sangat tidak cukup bahkan untuk makan bersama ibunya, untuk dua hari. Aku masih memperhatikan.. Anak itu pergi keluar dari alfa, a

Bukan Aku Yang Menderita

Gambar
Sambil menunggu magrib, Mito ikut membersihkan masjid dekat kontrakannya. Dari mulai menyapu, mengepel, menggulung karpet hingga menyiapkan buka puasa untuk para jamaah yang datang. Mito tidak sendiri, ia di temani Ujang. Seorang takmir masjid yang usianya baru 20 tahun, tak jauh beda dengan Mito. Ujang adalah seorang Mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Ia memilih mengabdi di masjid dari pada tinggal di kosan. Suasana langit sore yang mendung membuat orang-orang lebih awal datang ke masjid. Biasanya mereka yang datang ke masjid adalah para pemburu takjil. Masyarakat setempat, Mahasiswa, kadang juga pedatang yang tak sengaja lewat.  Setiap sore selama bulan ramadhan, biasanya masjid tersebut menyediakan 100 boxs nasi dengan menu yang berbeda-beda. Kadang ayam goreng, ayam bakar, atau rendang. Namun takjil pembuka pertama tidak pernah berubah, 3 biji kurma dan 1 gelas sirop. Bahan takjil dan makanan berat sudah siap di hidangkan sore itu, jamaah pun mulai