Postingan

MEJA MAKAN

Gambar
MEJA MAKAN Laki-laki itu masih menatap makanan nya, sepiring nasi putih dengan   lele goring dan sambel pecel. Ia masih menahan lapar, meski perut sudah meronta-ronta. Sekali lahap, dalam hitungan menit mungkin makanan itu akan habis disaantap oleh dia. Tapi dia lebih memilih ngotak ngatik handpdone, dengan harapan ada notifikasi orderan baik itu mengantar barang atau orang. Untuk menyambung hidup esok hari. Hari ini dia hanya menyantap 4 buah gorengan dan secangkir teh manis hangat daan penuh dengan cinta buatan sang istri. Anak nya jam tujuh pagi sudah pergi ke warnet untuk memulai kelas online dari guru di sekolah.   Teman-teman nya lebih beruntung, mereka tidak usah pergi mencari warnet untuk belajar online. Handphone sudah menjadi bayangan mereka setiap hari. Sudah setengah jam makanan itu tidak juga di santap, hp tersebut masih ia genggam. Padahal tidak ada notifikasi apapun, baik orderan atau pun wa. Namun ia tak putus harapan, pemberitahuan bila ada orderan ma

TUKANG POS

Gambar
Tukang pos Tukang pos itu mengayun sepedanya berjuta-juta kilometer, sepuluh tahun dia mencari alamat negeri senja belum juga ketemu. Setiap hari ia berteriak mencari alamat iitu dengan terus mengayun sepedenya, suaranya habis. Setiap orang yang ia jumpai tak pernah tahu dimana alamat tersebut. Ia terus melangkahkan kaki, meneruskan perjalanan. Sesekali ia bersitirahat dibawah pohon yang rindang. Ia hanya makan dan minum seadanya, jika ia kebetulan melewati tumbuhan yang subur, dia bisa makan enak, tapi jika ia hanya menemukan sebuah lembah kering dan pepohonan yang tak terurus, iya hanya menghisap udara, mencium bau keringatnya sendiri. Setiap hari, ia bertanya kepada orang dimana alamat negeri senja. Lagi-lagi jawaban tak pernah ia dapatkan, ia penasaran sebenarnya paket apa yang dia antarkan. Sesekali ia ingin membukanya, namun ia tak ada hak. Cahaya kuning ke merah-merahan memancar dari amplop tersebut. “awas pak, jangan dibuka! Itu senja”. Teriak seorang

DONGENG SEBELUM TIDUR

Gambar
DONGEN SEBELUM TIDUR “Bu... ko warungnya belum tutup?” Suara anak kecil itu menembus bilik kamar, menusuk lubang telingaku. Seolah mengusir dengan halus. “sebentar nak, masih ada pelanggan” Warung kopi yang saya singgahi malam ini cukup sepi, waktu baru menunjukan jam 8. Bukan hanya warung kopi, caffe, tempat perbelanjaan bahkan jalanan juga sepi. Orang-orang pergi pulang kampung, padahal  sudah ada himbauan untuk tidak pulang kampung ditengah Darurat bencana wabah ini. Tapi Masyarakat kita masih saja bandel. Malam ini cukup panjang fikirku. sejak kerja dirumah, setiap waktu harus standby dengan laptop, handphone dan jaringan internet yang kuat. Semua pekerjaan kantor harus dikerjakan dirumah, cukup sulit dan repot. Belum lagi pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan. Rasa lapar membuat ku memutuskan untuk mencari warung kopi terdekat. untuk sekedar menyantap mie instan, gorengan dan meminum es. aku memesan mie instan double telor dan es juruk. sambil menungg

PADA SUATU HARI MINGGU DI JAKARTA

Gambar
PADA SUATU HARI MINGGU DI JAKARTA Lelaki itu berkata, sebenarnya untuk dirinya sendiri “ hari ini aku ingin bermalas-malasan, tidak ingin bekerja, tidak beraktifitas. Hanya ingin tiduran, main HP lalu nonton youtube, bukankah ini hari minggu?, waktunya untuk bersantai” Aku  yang mendengar kalimat tersebut, seolah ditujukan untuk diriku “santai sajalah dulu, ini kan memang hari minggu, hari yang di tunggu kebanyakan orang untuk bersantai. Mendengarkan musik,  Namanya juga hari minggu, kalau tidak, untuk apa ada hari minggu?” “tapi unutk Harry Roesli mendengerkan musik itu bekerja” “kamu bukan Harry Roesli kawan”. “ ya, aku memang bukan Harry Roesli, aku hanya Pekerja serabutan” “bukankah setiap hari kamu selalu bersantai?, bagaimana tidak, kamu kan memang belum bekerja” “ semua orang itu bekerja dan punya pekerjaan, bedanya ada yang berpenghasila ada yang tidak. Ada juga yang berpenghasilan, tapi ada yang penghasilannya besar ada yang k

KITA PASTI GAGAL

Gambar
KITA PASTI GAGAL\ Ketika awal menulis, saya cukup mengalami kesulitan tentang tema dan materi yang akan saya tulis. Bingung, mentok¸ bahkan strees. Ada keraguan saat menerbitan buku pertama “LUPA PULANG”. Saya baca berulang kali, kata demi kata, kalimat demi kalimat,     paragraf demi paragraf dengan teliti. Bahkan saya menghindari untuk melakukan peluncuran buku tersebut, dan saya juga tidak mengerti ada orang yang minta tanda tangan di buku saya. Semua keraguan itu berubah ketika saya sadar bahwa tulisan saya selalu tidak sempurna. Selalu gagal, bahkan ngaco. Oleh sebab itu melatih diri dengan cara terus menulis itu penting untuk menyempurnakan setiap tulisan yang dibuat. Jalan saja terus, sampai akhirnya menemukan kebahagian dari apa yang kita kerjakan. Tidak usah khawatir, kita pasti mengalami kegagalan. Kegagalan itu suatu hal sudah pasti, tapi keberhasilan adalah sebuah pilihan. Ada mata rantai yang panjang menuju kearah kesana, pilihannya adalah kita mau atau t

KEKONYOLAN YANG TERUS BERLANGSUNG

Gambar
KEKONYOLAN YANG TERUS BERLANGSUNG Suatu hari di masa paling kusut dalam kehidupan kuliah,Anjani memutuskan untuk pergi ke pantai. Ia mengajak Atik, sahabatnya. Kegiatan itu dimaksud dalam rangka menghilangkan segala kegalauannya di saat-saat sulit kuliahnya. Bukan hanya tugas akhir kuliah yang melelahkan, tapi perasaannya kepada Bima yang tak kunjung tuntas. Semakin membuatnya galau dan ingin pergi jauh dari semua itu. Pulang dari pantai Anjani dan Atik sengaja melewati jalan yang sepi untuk menghindari kemacetan dan mobil-mobil tronton. Anjani sedikit khawatir, sepanjang perjalanan hanya terlihat kebun pisang dan sawah, tak terlihat aktivitias penduduk sekalipun petani. Kendaraan yang melintas dijalan tersebut juga terhitung sedikit. Hari itu cuaca tiba-tiba buruk. Hujan deras mengeringi perjalanan pulang mereka. Anjani semakin khawatir karena jarak pandang tidak sampai satu meter. Sebelum seluruh badannya basah kuyup mereka memutuskan untuk berteduh di warung

RENUNGAN RAJAB

Gambar
RENUNGAN RAJAB Bisakah kita menemui pemimpin atau penguasa paling tinggi di negeri ini ?, atau paling tidak penguasa ditingkat daerah, provinsi atau kabupaten/kota ? atau mungkin pejabat-pejabat lain seperti Menteri, anggota dewan, Direktur Perusahan besar dan pejabat lain?. Tentu jawabanya bisa. Namun, untuk bertemu dengan mereka tentulah tidak bisa setiap waktu bahkan setiap hari. Kita bisa berjumpa dengan mereka mungkin disaat tertentu. Seperti Open House atau acara-acara seminar di kampus. Suatu kebanggaan tersendiri untuk mereka yang bisa bertemu dengan penguasa tersebut. Nah ini penguasanya para penguasa, penguasa yang Mahatinggi, mengadakan open house lima kali dalam sehari. Bahkan dengan kemurahan-Nya kita bisa berjumpa setiap hari, tidak hanya open house tapi Ia selalu membuka pintu untuk kita bertemu dengan-Nya ditengah malam bahkan dini hari. Bahkan Ia menawarkan kepada kita “adakah yang punya keinginan”?, “adakah yang ingin selalu aku ingat”?. “adakah