PADA SUATU HARI MINGGU DI JAKARTA







PADA SUATU HARI MINGGU DI JAKARTA

Lelaki itu berkata, sebenarnya untuk dirinya sendiri

“ hari ini aku ingin bermalas-malasan, tidak ingin bekerja, tidak beraktifitas. Hanya ingin tiduran, main HP lalu nonton youtube, bukankah ini hari minggu?, waktunya untuk bersantai”

Aku  yang mendengar kalimat tersebut, seolah ditujukan untuk diriku

“santai sajalah dulu, ini kan memang hari minggu, hari yang di tunggu kebanyakan orang untuk bersantai. Mendengarkan musik,  Namanya juga hari minggu, kalau tidak, untuk apa ada hari minggu?”

“tapi unutk Harry Roesli mendengerkan musik itu bekerja”

“kamu bukan Harry Roesli kawan”.

“ ya, aku memang bukan Harry Roesli, aku hanya Pekerja serabutan”

“bukankah setiap hari kamu selalu bersantai?, bagaimana tidak, kamu kan memang belum bekerja”

“ semua orang itu bekerja dan punya pekerjaan, bedanya ada yang berpenghasila ada yang tidak. Ada juga yang berpenghasilan, tapi ada yang penghasilannya besar ada yang kecil” sahutnya.

“ besar kecil bagaimana kamu mensyukurinya aja, namanya uang kalau tidak di cukupkan tidak akan cukup-cukup”

Memang, kawan lama ku sudah tidak bekerja sejak tahun lalu karena di PHK dari perusahannya. selama ini masih numpang di tempat ku untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Setiap hari kegiatannya hanya tiduran, mendengarkan musik, makan, dan berTuhan pada telepon genggam. Ia selalu terlihat tidak khawatir dengan keadaannya yang belum bekerja. Ya, dia memang anak dari orang kaya di kampung, mencoba untuk hidup mandiri dan mencari keberuntungan di Ibu Kota. Kerja atau tidak, transfer bulanan selalu masuk.

“harusnya kamu gak usah kerja disini, ribet. Urus saja kebun dan lahan padimu itu, belum lagi peternakan ayam-mu, bisa jadi saudagar kaya kamu di kampung. Tiap hari makan ayam dan sayuran yang bisa kamu petik sendiri, lah disini, makan aja kamu numpang.”

 “Bagi sebagian orang ibu kota kaya neraka, Jakarta keras bro”

“ ha ha ha, kau ini kaya pernah ke neraka aja, lagian bukan Jakarta yang keras, Mungkin kitanya yang lemah” sahut dia sambil asik nonton youtube.

Aku teringat pekerjaanya dulu sebagai seorang konsultan perusahan ternama di Jakarta. Hidupnya sudah terjamin, gaji tinggi, kerjaannya cuman jalan-jalan dari satu kota ke kota yang lain. Tidak lagi memikirkan besok akan makan apa, apakah masih bisa makan dengan sayur lodeh, sayur ayem, tempe, dan sambel matah kesukaaanya. Tapi sekarang, seperti gembel. Bahkan ia tidak bisa mengurus dirinya sendiri.

Akhir-akhir ini dia tidak mau menerima uang kiriman dari keluarganya. Ia bilang ingin mandiri.

“kamu itu nyusahin dirimu sendiri, dikasih uang nolak, padahal ambil saja, kamu kan belum bekerja, lagian investasimu di kampung tidak akan habis 7 turunan”

“aku ingin mandiri cuk”

“ walah mandiri-mandiri tai kucing kamu, mandiri itu kalau kamu sudah dapat penghasilan sendiri, dan kalau kamu sudah punya pengahsilan sendiri kamu dahulan keluargamu, walaupun mereka pasti nolak. Lah sekarang, kamu gak ada tabungan juga, kerja juga belom, penghasilan gak ada, so soan mau nolak, bukan malah mandiri tapi nyusahin”

Sambil beresin ini itu, aku coba untuk terus menasehatinya lalu dia duduk berdampingan dengan ku. Ia berkata hidup ini sepertinya tak adil

“jangan bicara keadailan” sahutku dulu” itu hal yang pelik”!

“tapi memang tidak adil, kan ?”

“ bagiku ini adil, kamu yang terlahir sudah kaya, susah dapat pekerjaan, tapi aku yang biasa saja, sekarang sudah bekerja tetap, paling tidak hidup ku terjamin saat umur 55, tinggal duduk santai, bermain bersama cucu dan menikmati uang pensiunan”

Setiapa orang tidak bisa memilih ia ingin dilahirkan dari rahim siapa, keturunan siapa, anak siapa dan dalam kondisi apa. Setiap orang tidak dituntut harus menjadi apa, harus seperti apa dan pekerjaannya apa. Yang diharuskan untuk kita hanyalah berusaha dan melakukan hal-hal baik. Jika niat kita baik, insyallah hasilnya baik. Tawakal itu suatu konsep, kita berusaha dengan keras, kita berdoa dengan khusus, baru hasilnya kita harus Tawakal. Menerima segela ketetapan yang telah ditentukan. Kalau belum berusaha, belum berdoa, belum ngapa-ngapain itu bukan tawakal, itu malas. Lah, ini kan hari minggu? Kenapa juga aku harus berfikir kesana. Lebih baik bersantai dan menikmati waktu-waktu ini, bukan?

“kalau aku anak seorang pejabat, mungkin aku bisa main proyek milyaran” sahutku

“ lah, gak usah jadi anak pejabat juga bisa kalau itu mah, asal ada kesempatan dan kemauan, kadang juga di niatkan. Aku kira solat saja yang bisa berjamaah, ternyata korupsi juga bisa” kata dia

Mencari pekerjaan menjadi hal yang sulit, terutama untuk dia. Sudah 6 bulan menggur, tapi ia coba manfaatkan waktunya sebaikmungkin. Padahal jika mau di bisa masuk kerja dengan mudah, lah orang gelar sarjannya KOD (kekuatan orang dalam). Masuk kemana saja bisa, ditambah jaringan keluarganya yang luas, kenalan direktur ini, kenalan direktur itu, kenalan pejabat, kenalan pengusaha. Bila dia ingin jadi kepala desa, cukup dengan uang 1 M kursi itu bisa di dapat dia. Lah bagi orang biasa seperti aku ? mending untuk modal nikah dan beli rumah. Tapi dia tetap bandel dengan prinsip “mandirinya”.

Percakapan kami terhenti, tiba-tiba seorang wanita datang kekosanku. Alina, kekasih temanku. Sudah rapih, dan berencana mengajak lelakinya kencan.

 “kalian ko belum mandi?”

“untuk apa mandi, ini kan hari minggu” sahutku

“lah, aturan buatan siapa itu, DPR ?”

“ sekarang aku tanya, lebih penting mandi atau berfikir?”

“lah kenapa kita malah berfikir, ini kan hari minggu? “ kataku.



CIPUTAT, 29 MARET 2020
DIKOSAN. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

SYEKH AHMAD SYATHIBI ( Bapak Pendidikan dari Tanah Pasundan )

BIOGRAFI SINGKAT KH BAHRUDDIN

ANJANI ( Cinta dan Patriarki )