KEKONYOLAN YANG TERUS BERLANGSUNG
KEKONYOLAN YANG TERUS BERLANGSUNG
Suatu hari di masa paling kusut dalam kehidupan kuliah,Anjani
memutuskan untuk pergi ke pantai. Ia mengajak Atik, sahabatnya. Kegiatan itu
dimaksud dalam rangka menghilangkan segala kegalauannya di saat-saat sulit
kuliahnya. Bukan hanya tugas akhir kuliah yang melelahkan, tapi perasaannya
kepada Bima yang tak kunjung tuntas. Semakin membuatnya galau dan ingin pergi
jauh dari semua itu.
Pulang dari pantai Anjani dan Atik sengaja melewati jalan yang sepi
untuk menghindari kemacetan dan mobil-mobil tronton. Anjani sedikit khawatir,
sepanjang perjalanan hanya terlihat kebun pisang dan sawah, tak terlihat
aktivitias penduduk sekalipun petani. Kendaraan yang melintas dijalan tersebut
juga terhitung sedikit.
Hari itu cuaca tiba-tiba buruk. Hujan deras mengeringi perjalanan
pulang mereka. Anjani semakin khawatir karena jarak pandang tidak sampai satu
meter. Sebelum seluruh badannya basah kuyup mereka memutuskan untuk berteduh di
warung kecil yang mereka temukan.
“ini bahaya tik, jalananya sepi, hujan belum berhenti dan kita
hanya berdua diwarung ini”.
“kamu jangan terlalu khawatir, kita istrahat saja dulu. Fikirianmu masih
gak karuan, kamu masih galau, Niii”
Hari semakin sore, hujanpun semakin surut. Mereka memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan. Sebelum mereka sempat memasuki jalan yang ramai. Kendaraaan
mereka terpaksa kembali berhenti. Namun bukan karena hujan, lebih tepatnya di
berhentikan oleh dua orang laki-laki. Mereka meminta uang.
Anjani semakin takut, tubuhnya lemas dan tak berdaya. Atik naik
pitam, ia yakin dua orang laki-laki itu hanyalah bocah ingusan, dengan sekali
gampar mereka akan lari terbiri-birit. Namun Anjani mencegah temannya yang sok
beringas itu melakukannya. Anjani lebih memilih untuk memberikan beberapa
rupiah kepada bocah-bocah tersebut.
Anjani semakin kusut, karena mereka meminta lebih. Atik semakin
naik pitam dan ingin menghajarnya. Tapi Anjani kembali meberikan uang 400 ribu
untuk keamanannya. Hidup terkadang harus mengala.
Sepanjang perjalanan Atik menggerutu karena tidak tega melihat
temannya memberi uang besar kepada kedua bocah tersebut. Awalnya Anjani hanya
diam, namun pertengkaran percis terjadi depan kosan Anjani.
“ harusnya kamu gak usah ngasih uang sama mereka Niiiii ”
“ aku takut tik, dan bukankah keselamatan kita lebih penting dari
pada angka-angka rupiah?”
“kamu goblok Niiii, harusnya kamu percaya sama aku, bisa aku
selesaikan mereka itu”
“ hidup harus sering mengalah tik “
Anjani mengeluh, ia menangis, kuliahnya sudah tidak menyenangkan, masa
depannya sudah mulai terlihat suram, hubungan kasih sayang sudah mulai hambar. Kisahnya
dengan Bima tak kunjung usai, ia terjebak dalam sebuah perasaan yang tolol. Mencintai
Bima adalah patah hati yang paling disengaja, sebab ia sudah menjadi kepunyaan
sahabatnya sendiri.
“kamu kusut niiiiiii!!!!, harusnya masa depanmu lebih penting, pake
otak sedikit ni, agar kamu tidak terjebak dalam perasaan cintamu yang tolol itu”
“ aku ingin pergi jauh saja tik “.
Anjani yang malang, berharap dengan liburan ia bisa mendapatkan
stimulus untuk menuntaskan tugas akhirnya, melupakan Bima, membuatnya kembali
bersemangat, namun ternyata hanya kesialan yang ia dapat.
“ besok-besok kamu gak usah jatuh cinta lagi ni, ribet “
“ loh ko gitu tik, aku perempuan yang punyak hak untuk mencintai
dan mencintai seseroang”
Anjani tetap keukekuh bahwa mencintai Bima bukanlah suatu kesalahan
“ kamu tidak salah ni mencintai seseorang yang kamu suka. Tapi kesalahanmu
adalah dibuat buta oleh cinta, sampe kamu gak bisa mikir dengan akal sehat,
hanya menuruti perasaanmu saja”.
Komentar
Posting Komentar