TUKANG POS




Tukang pos




Tukang pos itu mengayun sepedanya berjuta-juta kilometer, sepuluh tahun dia mencari alamat negeri senja belum juga ketemu. Setiap hari ia berteriak mencari alamat iitu dengan terus mengayun sepedenya, suaranya habis. Setiap orang yang ia jumpai tak pernah tahu dimana alamat tersebut. Ia terus melangkahkan kaki, meneruskan perjalanan. Sesekali ia bersitirahat dibawah pohon yang rindang. Ia hanya makan dan minum seadanya, jika ia kebetulan melewati tumbuhan yang subur, dia bisa makan enak, tapi jika ia hanya menemukan sebuah lembah kering dan pepohonan yang tak terurus, iya hanya menghisap udara, mencium bau keringatnya sendiri.

Setiap hari, ia bertanya kepada orang dimana alamat negeri senja. Lagi-lagi jawaban tak pernah ia dapatkan, ia penasaran sebenarnya paket apa yang dia antarkan. Sesekali ia ingin membukanya, namun ia tak ada hak. Cahaya kuning ke merah-merahan memancar dari amplop tersebut.

“awas pak, jangan dibuka! Itu senja”. Teriak seorang anak kecil dari rumah pohon di suatu lembah.

Kaget bukan kepalang, tukang pos itu langsung menutup rapat amplop itu. Alkisah, jika seseorang masuk kedalam negeri senja, ia tak bisa kembali lagi. Ia berfikir apakah yang dia antar ke tujuan negeri senja adalah senja itu sendiri. Mampus, fikirnya. Selama 10 tahun ia mencari negeri senja, padahal ia sedang membawa negeri itu. Pantas saja, selama 10 tahun terakhir orang-orang tidak pernah ramah, mereka selalu panic dan sensitif. Setiap kali ia bertemu dengan orang, selalu saja di kata-kata

“ dasar kau pencuri senja,”

“awas-awas, dia sedang menbawa senja, bisa-bisa kita hilang dan tak kembali lagi”

Ia tak pernah mengerti apa yang sedang terjadi. Ia hanya mengantarkan paket, tugas yang sudah ia jalani berpuluh-puluh tahun.  Tak pernah tau apa isi paket, tak pernahh tau siapa yang mengirim paket, tak pernah tau paket itu untuk siapa, hanya tertulis alamat saja.

Ia melanjutkan perjalan, dari amplop yang dia simpan di belakang sepedanya keluar lagi cahaya merah ke kuning-kuningan itu. Dalam perjalananya, orang-orang kembali meneriakinya.

“dasar kau pencuri, “ “dasar tukang pos tidak tahu diri” teriak orang-orang.

Ia tidak peduli, hanya bingung kenapa setiap melewati perkampungan di tengah gunung cahaya itu selalu keluar dari amplop putih kecil yang ia simpan rapat di tempat paket, di sepedanya. Setiap kali orang-orang meneriakinya pencuri senja, ia penasaran dengan isi amplop yang dibawa.

Ia lagi-lagi berhenti disebuah hutan untuk istirahat dan mencari makan, duduk dibawah pohon rindang, paket yang berisi amplot itu ia letakan di sampingnya. Cahaya merah ke kuning-kuningan itu kembali lagi bersina tepat dihadapannya, membuat matanya silau dan semakin penasaran. Saat ia ingin menghapus rasa penasarannya dengan membuka amplop tersebut. Anak kecil itu datang lagi dengan mengayun sepeda dan berdiri di hadapannya.

“awas pak, itu senja”

“ingin ku buka saja, sudah 10 tahun aku menayun sepeda mencari alamat negeri senj, tapi belum juga ketemu”

“tapi itu senja pak, awas. Kalau bapak membuknya, bapak akan terjebak selamanya di amplop itu”

“bagaimana bisa senja ada didalam sebuah amplop kecil”

“seseorang telah mencurinya 10 tahun lalu, pak. Untuk kado ulang tahun pacarnya”

Sepuluh tahun lalu, pada suatu sore. Seorang laki-laki pergi kepantai  mencari sesuatu yang indah untuk kekasihya. Ia berjalan menyusuri pantai, dari satu pantai ke pantai lain, berenang ketengah lautan samudera luas, menerobos ombak, berpacu dengan ikan-ikan dilaut. Beberapa pantai telah ia lewati, sampai saat ia tiba di pantai akhir, di ujung samudra biru, pada suatu sore. Langit biru terlihat merah ke kuning-kuningan sore itu, begitu indah, sangat di puja oleh orang-orang, ialah senja. Di pantai itu semua orang sedang menikmati keindahan senja, bersama bercengkrama bersama pasir dalam balutan angin sore beratapkan senja.

Laki-laki itu terpukau dengan keindahan senja, berfikir sepertiya cocok untuk kado ulang tahun kekasihnya. Ia berlari mencari sebuah gunting, lalu berenang ketengah laut beratap langit senja merah ke kuning-kuningan itu, ia memotong langit, mencuri sedikit senja untuk sang kekasih.

Laut bergemuruh, langit menjadi gelap, manusia ditepi pantai panic, senja yang mereka puja-puja telah hilang keindahannya, meski dicuri hanya sesuil saja.

“Maling!!!. Maling, !!!” orang-orang berteriak

Laki-laki itu berlari sekencang-kencangnya menerobos langit gelap dan gemuruh ombak sebab senja telah hilang, manusia panic, laki-laki tetap tidak peduli. Ia lebih memikirkan kekasihnya. Ratusan kilometer ia tempuh, ia pun sudah tak tahu berada dimana. Senja yang ia curi dimasukan kedalam sebuah amplop berwana putih, dengan tujuan pengiriman negeri senja, tempat sang kekasih berada. Ia berlari lagi bertahun-tahun, sampaailah ia ditukang pos. menitipkan paket itu untuk dikirim ke alamat negeri senja. Tukang pos yang baik hati, ia tak tahu isi paaket itu apa. Yang ia tau, paket itu harus di antar ke negeri senja.

“awas pak, jangan dibuka, itu senja.” Lagi-lagi anak kecil itu berteriak.

“konon, jika seseorang masuk ke amplop itu dia tidak akan balik lagi” lanjutnya

“kalau begitu, aku harus mengantarkan kepada pemiliknya” sahut tukang pos.

Tukang pos itu kembali berjalan, mengayuhkan sepedanya, mengelilingi bumi, dari ujung ke ujung, menerobos gelap malam dan kehidupan, ia terus mengayunkan sepeda tuanya, mencari sang pemilik senja di negeri senja.

Ciputat, 09 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SYEKH AHMAD SYATHIBI ( Bapak Pendidikan dari Tanah Pasundan )

BIOGRAFI SINGKAT KH BAHRUDDIN

ANJANI ( Cinta dan Patriarki )