RAMADHAN TIBA, PAPAJAR MERAJARELA
foto : Masjid Agung Cianjur, atau orang Cianjur biasa menyebutnya "Kaum"
RAMADHAN TIBA, PAPAJAR MERAJARELA
Ramadhan selalu menjadi bulan yang
dirindukan oleh umat islam,
sebab
ramadhan adalah bulan yang mempunyai nilai sakralitas yang tinggi, bulan yang
diyakini mempunyai keberkahan yang sangat luas. serta bulan suci yang sangat
ditunggu oleh orang-orang islam. Bulan penuh keberkahan, bulan paling istimewa,
bulan yang lebih baik dari seribu bulan, bulan berlipat pahala, bulan ramadhan.
Ia adalah sesuatu yang sangat penting untuk umat islam, baik ditinjau secara
filosofis, historis, maupun secara keagamaan.
Ketika bulan ramadhan akan datang,
orang berbondong-bondong pergi kepasar untuk belanja kebutuhan dan persiapan
menyambut bulan yang penuh berkah itu. Biasanya umat muslim selalu berziarah ke
makam kerabat-kerabatnya untuk mendoakaan mereka yang telah pergi terlebih
dahulu, ada juga yang bersilaturahmi kepada tetangga dan saling meminta maaf,
makan bersama, dan berbicara tentang agenda-agenda yang positif di bulan suci
itu. Begitupun dengan mereka yang merantau, biasanya hari pertama puasa akan dilaksanakan di
rumahnya bersama dengan keluarganya masing-masing, orang-orang biasa
menyebutnya dengan istilah munggahan.
Setiap orang selalu mempunyai cara
tersendiri untuk menyambut datangnya bulan yang suci ini, salah satunya adalah
masyarakat sunda khususnya Cianjur. Mereka selalu merayakan penyambutan bulan
ramadhan dengan “Papajar”. Biasanya masyarakat
disana melakukan agenda kegiatan papajar ini diminggu-minggu awal sebelum
memasuki tanggal 1 Ramadhan.
Secara Ilmiah, Kata Papajar masih bisa diperdebatkan. Karena
tidak ada istilah dalam KBBI, atau Kamus Bahasa Sunda tentang kata itu. Namun,
kata itu telah menjadi sebuah Tradisi dalam pelafalan kata dan istilah di
tengah masyarakat Cianjur. Entah siapa dan kapan istilah Papajar itu di ungkap, yang pasti tradisi itu masih ada sampai
sekarang dan sampai ramadhan-ramadhan selanjutnya.
Memang tidak ada definisi ilmiah
mengenai istilah papajar. Tapi, Secara Historis, ketika menjelang penetapan
masuknya bulan Ramadhan ulama-ulama Cianjur berbondong bondong pergi ke Mesjid
Agung Cianjur untuk menetapkan tanggal 1 Ramadhan, kemudian di publikasikan
kepada masyarkat luas.Karena dulu media untuk menyebarkan informasi di daerah
cianjur masih sangat terbatas. Namun, disela penetapan itu, ulama-ulama di
cianjur mengawalinya dengan makan bersama-samam mengobrol, bercanda layanknya
dengan keluarga.
Tradisi yang dilakukan oleh Ulama
itu kemudian bertransformasi kepada masyarakat dengan melakukan agenda seperti
itu dengan kemasan yang berbeda, jika para ulama berkumpul untuk mementukan
awal puasa, maka masyarakat juga berkumpul dengan keluarganya menunggu ramadhan
tiba. Dengan cara pergi ke daerah lain, ketempat wisana, ke tempat saudara yang
jauh, atau ke tempat-tempat lain dengan tujuan saling mengeratkan kekeluargaan.
Membawa bekal makanan sendiri yang dimasak dirumah untuk disantap ditempat
mereka singgah dengan kemasan Papajar.
Sehingga, Papajar bisa dimaknai
dengan dua kata yang terpisah dan berbeda. Mapag
Fajar. Fajar Awal Ramadhan waktu
awal puasa, Mapag dalam bahasa sunda
mempunyai Arti Menyambut, atau menyosong. Kemudian untuk mempermudah pelafalan
dua kata itu orang cianjur menyebutnya dengan Papajar. Sebuah tradisi penyambutan bulan ramadhan yang dilakukan
oleh orang cianjur.
Tradisi ini mempunyai nilai sosial
yang tinggi, karena dalam prakteknya, tradisi papajar menjadikan masyarakat
lebih mengerti dan mempererat tali kekeluargaan dengan saudara-saudaranya yang
lain. Makan bersama, berkumpul bersama, bercanda bersama, membuat agenda
dibulan puasa bersama, serta mensyukuri nikmat bersama-sama karena masih di
berikan kesempatan berjumpa dengan ramadhan yang mulia.
Ramadhan yang penuh dengan
keberkahan itu disambut dengan ceria oleh semua umat muslim khususnya
masyarakat Cianjur. Keberkahan ramadhan sudah terasa sebelum bulan suci itu
datang. Keceriaan, kesenangan, dan kerinduan terhadap bulan yang suci tertanam
erat pada diri seorang muslim. Sehingga, momentum ramadhan selalu dijadikan
sebagai sarana untuk mendekatkan diri dan menjadikan diri lebih baik. Sebab itulah,
nilai-nilai dan budaya yang baik di masyarakat dalam menyambut bulan suci harus
di apresiasi dan di jaga, seperti tradisi Papajar
yang dilakukan oleh masyarakat Cianjur, Jawa Barat.
Dari muali guru, pedagang, swasta,
nelaian, dan semua profesi lainnya mendapat keberkahan atas datangnya bulan
suci yang sangat dinanti. Bahkan, hewan dan tumbuhanpun mendapat keberkahannya.
Karena kasih sayang Allah itu untuk seluruh manusia dan se isinya. Selalu ada
tangisan suka cita dan air mana duka cita. sebab, Ramadhan mempunyai nilai
romantisme.
Oleh : Muhammad Sayyid Rifa’i
Komentar
Posting Komentar